Puskesmas Pembantu (Pustu), Desa Bekuan,
Kecamatan Lembah Bawang, Kabupaten Bengkayang membutuhkan fasilitas pendukung
seperti peralatan Meubeler untuk menunjang pelayanan mereka. Pustu yang berdiri
sejak tahun 2004 itu tidak memiliki fasilitas
meubelernya (kursi, meja, lemari, tempat tidur untuk pemeriksaan pasien).
“kami sangat membutuhkan fasilitas meubeler terutama lemari, agar kami bisa menyimpan obat-obatan.
selama ini memang tidak ada lemari, jadi obat-obatan kami simpan
dipinggir-pinggir dinding. Selain itu tempat tidur untuk pemeriksaan pasien
juga tidak ada, selama ini jika ada pasien yang diperiksa, kami baringkan di
lantai.” ungkap pak Lukisono yang merupakan suami petugas Pustu tersebut.
Selain
Peralatan medis dipustu yang terbatas, Pustu tersebut juga tidak memiliki
listrik. untuk kebutuhan penerangan, mereka menyewa listrik warga yang
menggunakan genset yang mana biaya 100 ribu rupiah perbulan dan lampu mulai menyala
pukul 7 – 9 malam.
Sedangkan
pengadaan obat-obatan, 60 % berasal dari puskesmas induk, dan 40 % nya mereka harus membeli sendiri di apotek.
Tugas-tugas pustu ini selain melayani pasien yang sakit, mereka juga mengadakan
vaksin polio, DPT 1, 2 dan Campak bersama puskesdes dan puskesmas induk.
Pustu
Bekuan juga bermitra dengan dukun kampung yang sering menangani orang-orang
yang mengalami kesulitan saat masa hamil. Ialah Pak Nimpa (54), bapak paruh
baya inilah yang menjadi mitra Ibu Elvi Susanti dalam menangani ibu hamil yang
sering mengalami masalah dengan janinnya. Seperti posisi janin sunsang,
terbalik ataupun melintang. Bapak inilah yang menangani sang ibu hamil dan
dengan pengawasan petugas pustu pastinya. Sejauh ini setelah 2 tahun bermitra
dengan beliau, setidaknya 13 ibu hamil yang telah diselamatkan.
“sudah
2 tahun kami bermitra dengan pak Nimpa, dan sejauh ini setidaknya sudah 13 ibu
hamil kami selamatkan. Dan ini semua tidak terlepas dari pertolongan pak Nimpa,
yang selalu bersedia membantu kami, walaupun tidak kami berikan apa-apa. Tapi beliau
ikhlas membantu” terang Ibu Elvi Susanti
Ini
merupakan contoh pustu yang baik, yang selalu standby, dan siap sedia melayani
masyarakat tanpa memandang keterbatasan-keterbatasan fasilitas yang ada. Namun
dengan semangat melayani sesama itulah yang menjadi kekuatan mereka sehingga
mereka bisa bertahan selama 10 tahun ini melayani di pustu Bekuan.
Selain
itu mereka tidak mengambil keuntungan dari hasil pengobatan para pasien. mereke memberikan biaya yang
murah dalam setiap penanganan pasien. Biaya perobatan yang mereka ambil sebesar
15.000,- rupiah. Walaupun mereka membeli obat yang cukup mahal diapotek, itu
semua mereka lakukan karena mereka memegang prinsip melayani dan kasih.
Selayaknya
pemerintah memberikan perhatian kepada para petugas yang bekerja dipedalaman
yang jauh dan dimanapun berada. Karena demi tugas dan tanggungjawab, mereka
rela berpisah dengan keluarga dan anak-anak mereka.